Kamis, 04 Oktober 2012

 
Pulau Ketawai merupakan salah satu pulau yang terdapat di Kabupaten Bangka Tengah. terdapat beberapa pulau yang letaknya tidakberjauhan dengan pulau ketawai, antara lain : Pulau Semujur, Pulau Panjang, Pulau Gusung Asam dan Pulau Pebuar.


Foto-foto Pulau Ketawai di Perairan Bangka Belitung Indonesia


Foto-foto Pulau Ketawai di Perairan Bangka Belitung Indonesia


Foto-foto Pulau Ketawai di Perairan Bangka Belitung Indonesia



Pulau Ketawai terletak pada posisi geogafis 02º 16’ 04” LS dan 106º 19’ 31” BT berjarak 49,51 km dari Kota Sungailiat atau sekitar 18 km dari Kota Pangkalpinang.. Untuk mencapai pulau ini, kita dapat melewati penyeberangan dari Ketapang Pelabuhan Pangkal Balam atau dari Desa Kurau Kabupaten Bangka Tengah. namun, penyeberangan melalui Desa Kurau lebih umum digunakan untuk menuJu Pulau Ketawai. Pulau Ketawai didominasi oleh pohon kelapa yang memang sengaja ditanam.
Ekosistem pesisir di Pulau Ketawai terdiri dai ekosistem padang lamun (seagrass bed) danekosistem terumbu karang (coral reef). Sebelah timur pulau, didominasi oleh ekosistem padang lamun yang cukup luas dan merata. Ekosistem padang lamun di Pulau Ketawai didominasi oleh lamun jenis Thalassia hemprichii dan ditemui pula jenis Halodule uninevis. Selain itu ditemukan pula beberapa jenis makro alga.


Foto-foto Pulau Ketawai di Perairan Bangka Belitung Indonesia


Foto-foto Pulau Ketawai di Perairan Bangka Belitung Indonesia


Foto-foto Pulau Ketawai di Perairan Bangka Belitung Indonesia



Ekosistem terumbu karang terdapat di sebelah barat pulau. Terumbu karangnya berbentuk memanjang namun tipis. Melihat kondisi terumbu karangnya, dapat disimpulkan bahwa terumbu karang di sekitar Pulau Ketawai dalam kondisi kurang sehat dan tertekan. Memang saat dilakukan snorkling banyak ditemui berbagai jenis ikan khas terumbu karang dan juga beberapa Tridacna sp. yang masih kecil. Namun, terumbu karang di daerah ini banyak terdapat bulu babi (Diadema sp.) yang merupakan indikator kondisi karang yang kurang sehat. Selain itu, banyak karang yang tertutup oleh makro alga. Hal ini menggambarkan bahwa ekosistem terumbu karang di Pulau Ketawai dalam keadaan tertekan.


Foto-foto Pulau Ketawai di Perairan Bangka Belitung Indonesia


Foto-foto Pulau Ketawai di Perairan Bangka Belitung Indonesia


 
* Ekosistem Terumbu Karang, Defenisi, Ragam dan Macam, Serta Distribusinya *

Penjelasan umum mengenai ekosistem terumbu karang (Coral Reef)

Istilah terumbu karang tersusun atas dua kata, yaitu terumbu dan karang, yang apabila berdiri sendiri akan memiliki makna yang jauh berbeda bila kedua kata tersebut digabungkan. Istilah terumbu karang sendiri sangat jauh berbeda dengan karang terumbu, karena yang satu mengindikasikan suatu ekosistem dan kata lainnya merujuk pada suatu komunitas bentik atau yang hidup di dasar substrat. Berikut ini adalah definisi singkat dari terumbu, karang, karang terumbu, dan terumbu karang (lihat gambar 1).


Terumbu Reef =

Endapan masif batu kapur (limestone), terutama kalsium karbonat (CaCO3), yang utamanya dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain yang mensekresi kapur, seperti alga berkapur dan moluska. Konstruksi batu kapur biogenis yang menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir.Dalam dunia navigasi laut, terumbu adalah punggungan laut yang terbentuk oleh batu karang atau pasir di dekat permukaan air.


Karang Coral =

Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang mampu mensekresi CaCO3. Hewan karang tunggal umumnya disebut polip.


Karang terumbu =

Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang hermatipik (hermatypic coral).
Berbeda dengan batu karang (rock), yang merupakan benda mati.


Terumbu karang =

Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis­jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis­jenis moluska, krustasea, ekhinodermata, polikhaeta, porifera, dan tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton



Gambar 1 : Ekosistem terumbu karang (Coral Reef) (atas), karang terumbu (Coral Reef) dan matriks terumbu (tengah), serta insert hewan karang (bawah)




Tipe-tipe terumbu karang

Berdasarkan bentuk dan hubungan perbatasan tumbuhnya terumbu karang dengan daratan (land masses) terdapat tiga klasifikasi tipe terumbu karang yang sampai sekarang masih secara luas dipergunakan. Ketiga tipe tersebut adalah (gambar 2):

1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)

Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), P. Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).


2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)

Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.5­2 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Great Barrier Reef (Australia), Spermonde (Sulawesi Selatan), Banggai Kepulauan (Sulawesi Tengah).


3. Terumbu karang cincin (atolls)

Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau­pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 meter. Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua)



Tipe-tipe terumbu karang (Coral Reef), yaitu terumbu karang (Coral Reef) tepi (kiri), terumbu karang (Coral Reef) penghalang (tengah), dan terumbu karang (Coral Reef) cincin (kanan)
Gambar 2 : Tipe-tipe terumbu karang (Coral Reef), yaitu terumbu karang (Coral Reef) tepi (kiri), terumbu karang (Coral Reef) penghalang (tengah), dan terumbu karang (Coral Reef) cincin (kanan).





Namun demikian, tidak semua terumbu karang yang ada di Indonesia bisa digolongkan ke dalam salah satu dari ketiga tipe di atas. Dengan demikian, ada satu tipe terumbu karang lagi yaitu:

4. Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)

Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh).



Distribusi Terumbu Karang (Coral Reef Distribution)

Ekosistem terumbu karang dunia diperkirakan meliputi luas 600.000 km2, dengan batas sebaran di sekitar perairan dangkal laut tropis, antara 30 °LU dan 30 °LS. Terumbu karang dapat ditemukan di 109 negara di seluruh dunia, namun diduga sebagian besar dari ekosistem ini telah mengalami kerusakan

atau dirusak oleh kegiatan manusia setidaknya terjadi di 93 negara. Gambar 1 memperlihatkan peta lokasi sebaran ekosistem terumbu karang di seluruh dunia.


Distribusi terumbu karang dunia
Gambar 3 : Distribusi Terumbu Karang (coral reef) Dunia





Berdasarkan distribusi geografinya maka 60% dari terumbu dunia ditemukan di Samudera Hindia dan Laut Merah, 25% berada di Samudera Pasifik dan sisanya 15% terdapat di Karibia. Pembagian wilayah terumbu karang dunia yang lain dan lebih umum digunakan adalah:

a. Indo-Pasifik

Region Indo-Pasifik terbentang mulai dari Asia Tenggara sampai ke Polinesia dan Australia, ke bagian barat sampai ke Samudera sampai Afrika Timur. Region ini merupakan bentangan terumbu karang yang terbesar dan terkaya dalam hal jumlah spesies karang, ikan, dan moluska.


b. Atlantik bagian barat

Region Atlantik Barat terbentang dari Florida sampai Brazil, termasuk daerah Bermuda, Bahamas, Karibia, Belize dan Teluk Meksiko.


c. Laut Merah

Region Laut Merah, terletak di antara Afrika dengan Saudi Arabia.


Terumbu karang (Coral Reef) adalah ekosistem khas daerah tropis dengan pusat penyebaran di wilayah Indo-Pasifik. Terbatasnya penyebaran terumbu karang di perairan tropis dan secara melintang terbentang dari wilayah selatan Jepang sampai utara Australia dikontrol oleh faktor suhu dan sirkulasi permukaan (surface circulation). Penyebaran terumbu karang secara membujur sangat dipengaruhi oleh konektivitas antar daratan yang menjadi stepping stones melintasi samudera. Kombinasi antara faktor lingkungan fisik (suhu dan sirkulasi permukaan) dengan banyaknya jumlah stepping stones yang terdapat di wilayah Indo-Pasifik diperkirakan menjadi faktor yang sangat mendukung luasnya pemencaran terumbu karang dan tingginya keanekaragaman hayati biota terumbu karang di wilayah tersebut (gambar 4).


Kekayaan jenis karang, ikan, dan moluska di tiap wilayah utama terumbu karang  (coral reef) Dunia
Gambar 4 : Kekayaan jenis karang, ikan, dan moluska di tiap wilayah utama terumbu karang (coral reef) Dunia






Zonasi terumbu karang (Coral Reef Zonation)

Zonasi terumbu karang (Coral Reef Zonation) berdasarkan hubungannya dengan paparan angin terbagi menjadi dua (gambar 5), yaitu:

  • Windward reef (terumbu yang menghadap angin)
  • Leeward reef (terumbu yang membelakangi angin)



Zonasi umum terumbu karang (coral reef) terhadap paparan angin
Gambar 5 : Zonasi umum terumbu karang (coral reef) terhadap paparan angin






Windward Reef

Windward merupakan sisi yang menghadap arah datangnya angin. Zona ini diawali oleh reef slope atau lereng terumbu yang menghadap ke arah laut lepas. Di reef slope, kehidupan karang melimpah pada kedalaman sekitar 50 meter dan umumnya didominasi oleh karang lunak. Namun, pada kedalaman sekitar 15 meter sering terdapat teras terumbu atau reef front yang memiliki kelimpahan karang keras yang cukup tinggi dan karang tumbuh dengan subur.

Mengarah ke dataran pulau atau gosong terumbu (patch reef), di bagian atas reef front terdapat penutupan alga koralin yang cukup luas di punggungan bukit terumbu tempat pengaruh gelombang yang kuat. Daerah ini disebut sebagai pematang alga atau algal ridge. Akhirnya zona windward diakhiri oleh rataan terumbu (reef flat) yang sangat dangkal


Leeward Reef

Leeward merupakan sisi yang membelakangi arah datangnya angin. Zona ini umumnya memiliki hamparan terumbu karang yang lebih sempit daripada windward reef dan memiliki bentangan goba (lagoon) yang cukup lebar. Kedalaman goba biasanya kurang dari 50 meter, namun kondisinya kurang ideal untuk pertumbuhan karang karena kombinasi faktor gelombang dan sirkulasi air yang lemah serta sedimentasi yang lebih besar.

Rabu, 03 Oktober 2012

* Visi dan Misi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan di UNIVERSITAS DIPONEGORO *

Visi dan Misi

Dalam merumuskan visi dan misi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan sebagai acuan dipergunakan :
  1. Undang-undang No. 2/1989 tentang Pendidikan Nasional
  2. Peraturan Pemerintah No. 30/1990 tentang Pendidikan Tinggi
  3. Pola Ilmiah Pokok (PIP) Universitas Diponegoro: Pengembangan Wilayah Pesisir (Coastal Region Eco-Develotment).
Visi
Pada tahun 2018 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan diharapkan menjadi pusat pengembangan IPTEK perikanan dan kelautan melalui kegiatan Tri Dharma yang profesional (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat).
  1. Dalam bidang pendidikan FPIK diharapkan menjadi unit andalan di Undip yang mempersiapkan tenaga sarjana profesional dalam bidang Perikanan dan Kelautan dan mewujudkan FPIK-Undip sebagai institusi pendidikan terdepan (dalam bidang Perikanan dan Kelautan) sesuai tuntutan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.
  2. Memberikan konstribusi yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa/masyarakat melalui proses pembentukan karakter lulusan dan kiprah Tri Dharma Perguruan tinggi dalam bidang Manajemen Sumberdaya Perairan, Budidaya Perairan, Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Teknologi Hasil Perikanan, Sosial Ekonomi Perikanan, Ilmu Kelautan dan Oseanografi.
Dalam bidang penelitian FPIK diharapkan mampu menghasilkan penelitian yang berkualitas unggul, paling tidak dalam 2 pengertian:
  1. Unggul dari segi strata penelitian. Diharapkan FPIK semakin meningkat dalam menghasilkan penelitian-penelitian berkualitas setara dengan Hibah Bersaing, Riset Unggulan Terpadu, Program Kemitraan, dll.
  2. Unggul karena relevan dengan tuntutan pembangunan dan globalisasi. Diharapkan penelitian dapat berkelanjutan sampai ke tahap siap serap oleh industri, atau dapat diimplementasikan dalam menangani masalah pembangunan.
  3. Penelitian juga diharapkan dapat menghasilkan keluaran (output) yang menjadi landasan konseptual maupun teknis bagi kegiatan pengabdian masyarakat. Selain diharapkan memenuhi kualitas standar keilmuan yang makin meningkat, sehingga FPIK semakin diperhitungkan dalam skala internasional.
Misi
Mengkoordinasikan dan menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat dalam bidang perikanan dan kelautan, melalui pengembangan sivitas akademika, penerapan dan pengembangan IPTEK,dan pemecahan masalah-masalah pembangunan.
Penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Universitas Diponegoro mengikuti ketentuan-ketentuan tertentu, antara lain :
  1. Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan di Fakultas
  2. Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan berorientasi pada pola Ilmiah Pokok, di Laboratorium, Studio, Jurusan, Fakultas serta pusat penelitian.
  3. Kegiatan pengabdian pada masyarakat diselenggarakan sesuai dengan sifat pengetahuan dan tujuan pendidikan serta berorientasi pada Pola Ilmiah Pokok serta masalah-masalah pembangunan, oleh perorangan/kelompok, Laboratorium, Studio, Jurusan, Fakultas, pusat penelitian maupun lembaga pengabdian pada masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan merupakan penyelengara pendidikan satu-satunya di Undip yang menangani bidang Perikanan dan Kelautan, akan tetapi dalam hal penyelenggaraan penelitian dan pengabdian masyarakat lebih banyak berkoordinasi dengan unit-unit lainnya di Undip.

* Sejarah Singkat Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro*

Pendirian Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) diawali dengan terbitnya Surat Keputusan Rektor Universitas Diponegoro No. 44/1968 tanggal 8 Oktober 1968, tentang pembentukan Jurusan Perikanan pada Fakultas Peternakan, yang sebelumya hanya memililiki satu Jurusan (Peternakan).
Perkembangan nama Fakultas Peternakan juga mengalami pasang surut. Pada tanggal 17 Agustus 1974, dan dikukuhkan kembali berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Diponegoro No. 76/SK/UD/VI/78, Fakultas ini berubah namanya menjadi Fakultas Peternakan dan Perikanan, meskipun Jurusan yang dikembangkan tidak mengalami perubahan. Pada perkembangan selanjutnya nama Fakultas kembali menjadi Fakutas Peternakan pada tahun 1982 menurut keputusan Presiden RI No: 51 tahun 1982. Pada tahun 1985, berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 1023/D/Q/1985 tanggal 6 Juni 1985, dirintis perkembangan Program Studi Ilmu Kelautan di Universitas Diponegoro bersama lima perguruan tinggi Indonesia lainnya (Institut Pertanian Bogor, Universitas Diponegoro, Universitas Patimura, Universitas Sam Ratulangi dan Universitas Riau). Dalam perkembangan selanjutnya Undip kemudian mendapatkan Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 54/Dikti/Kep/1987, yang direvisi pada tahun 1988 dengan SK Dirjen Dikti No. 24/Dikti/Kep/1988, tentang pembentukan Program Studi Ilmu Kelautan Undip, di mana pengelolaan administrasi staf pengajar berada pada Fakultas Peternakan, sedangkan aspek akademik berada di bawah koordinasi Rektor dengan pelaksana Badan Pengelola Program Studi Ilmu Kelautan.
Pada tahun 1994, Jurusan Perikanan dan Program Studi Ilmu Kelautan disatukan di bawah Fakultas baru, yaitu Fakutas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.0181/0/1994, tanggal 25 Juli 1994.
Dalam perkembangan selanjutnya, kedua Jurusan mengembangkan program-program studi. Sejak tahun 1995 Jurusan Perikanan membentuk 4 (empat) program studi baru, yaitu:
  1. Program Studi Budidaya Perairan (BDP), berdasarkan SK. Dirjen DIKTI No. 473/DIKTI/Kep/ 1995
  2. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP), berdasarkan SK. Dirjen DIKTI No. 474/DIKTI/Kep/ 1995
  3. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP), berdasarkan SK Dirjen DIKTI No. 475/DIKTI/Kep/ 1995.
  4. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan (THP), berdasarkan SK Dirjen DIKTI No. 620/D/T/2002.
Adapun Jurusan Ilmu Kelautan telah mengembangkan dua (2) program studi, yaitu :
1. Program Studi Ilmu Kelautan berdasarkan SK Dirjen Dikti No.195/Dikti/Kep/1995 dengan bidang minat :
  • Pendayagunaan dan Konservasi Sumberdaya Hayati Laut
  • Keanekaragaman Hayati Wilayah Pesisir dan Laut Tropis
  • Bioteknologi Kelautan
  • Pengelolaan Dampak Lingkungan, Pencemaran dan Sistem Remediasi
2. Program Studi Oseanografi berdasarkan Surat Ijin Dirjen Dikti No.2282/D/T/2001 dengan bidang minat :
  • Sumberdaya dan Pengelolaan Energi Non Hayati Wilayah Pesisir dan Laut Tropis
  • Lindungan Lingkungan Wilayah Pesisir dan Laut
  • Geofisik, Geokimia dan Geodinamika Wilayah Pesisir dan Laut
  • Hidrodinamika Wilayah Pesisir dan Laut